Wednesday, 11 July 2012

 ''APAAA?! Nate mutusin lo?! Kok bisa?!'' kataku mulai memanas. ''Sshhhh iya sehabis gue jalan bareng, dia nganterin gue balik dan langsung mutusin gue di depan rumah gue. Dia mau ngelanjutin kuliahnya ke Jerman.'' jawab Jase. ''Yaampun.. lagian lo udah 2 tahun lebihkan sama dia? dan bukannya besok hari jadi kalian?'' tanyaku. ''Yap! Lebih tepatnya 2 tahun 4 bulan 24 hari dan 4 jam lagi genap jadi 2 tahun 5 bulan 25 hari. Nyesek gak sih?'' jawab Jase sangat lengkap. ''Gak sekalian menit detiknya?'' tanyaku keheranan. ''Belom gue itung lagi, Mil..'' jawabnya polos. ''Whatever. Yaudah minggu depan kita kan ke UK, kita have fun aja disana! Lupain Nate! Disana pasti banyak bule ganteng, ah apalagi kalo ada the boys. Hehe.'' aku mencoba menghiburnya. Bukannya tersenyum atau apa wajah Jase malah semakin kecut. ''Bisa gak lo berhenti ngomongin 1D lo itu?! Gue lagi galau, Mil. Sedih gue lebih parah dari sedih lo waktu diputusin Wildan!'' teriak Jase jengkel. Aku terdiam. Tak kusangka Jase akan menyebutkan nama Wildan, aku kembali teringat. Bagaimana bisa aku melupakannya.. 


(flashback)

Wildan adalah mantanku. Dia anak ekskul fotografi disekolah kami. Dia cukup tampan, tapi sangat misterius. Hanya sebagian anak saja yang dekat dengannya. Nate yang mengenalkanku padanya untuk menjadi model project fotografinya, karena saat itu dia memang tak banyak punya kenalan anak perempuan di sekolah. Singkat cerita, kami mulai dekat dan kami akhirnya jadian. Hari itu adalah hari yang paling indah yang pernah kurasakan selama di SMA. Jika kita mengenal lebih dalam, Wildan termasuk orang yang sangat baik. Tapi semua kenangan indah itu hanya bejalan 3 bulan, kami harus putus menjelang UN. Sakit memang, tp aku harus fokus dengan ujianku. Ya mungkin dia ingin lebih konsentrasi lagi.        
Aku mulai tersadar dari nostalgia dadakan ini dan berusaha melupakan hal itu. ''Sorry Jase, gue tau kok rasanya. Lo mau gue puterin lagu apa biar tenang?'' kataku mencari CD lagu-lagu.
''Terserah asal Nate yang nyanyiin, gue tenang.'' jawab Jase dengan tatapan kosong khas anak muda sedang galau. Aku hanya geleng-geleng kepala dan berusaha memahami keadaan Jase yang lagi galau maksimal ini, akhirnya kuputar saja lagu Moments. Jase yang diam saja mendadak berlinang air mata dan akhirnya menangis lagi, malah semakin jadi. Aku menjadi iba dengan Jase. Entah mengapa aku mulai berlinang air mata juga, ini karena Jase mengingatkanku kembali pada Wildan. Sial, aku terbawa suasana. Kami pun larut pada kegalauan masing-masing..

Untold Story . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates